Rumah Quran “Giat”, Depok, Jawa Barat menyelenggarakan Boarding School for Kids (Short Course in Holiday for Indonesian Leaners) selama sepekan pada tanggal 24 sampai 31 Desember 2017 lalu. Sebanyak 17 santri/santriwati yang mengikuti program liburan tersebut dibina dalam menghafal Alquran dengan menggunakan metode Tahfiz Quran Tematik (TQT).

Metode ini ditemukan oleh pengasuh Yayasan Baitul Hikmah Malang, Lailatul Fithriyyah Azzakiyah, S.H.I., M.Pd.I, yang sengaja datang langsung ke Depok untuk memimpin Acara Munaqasyah 17 santri/santriwati tersebut. Dalam kesempatan tersebut dia menjelaskan metode TQT ditemukan berawal dari keinginannya agar anak-anak yang menghafal Quran bisa sekaligus paham terhadap kandungan ayat yang dihafal.

“Memang banyak kita temukan metode menghafal Alquran. Tetapi sejauh pengamatan saya masih pada hafalan semata belum pada aspek pemahaman. Sehingga saya terpikir bagaimana ketika kita mentalqin anak untuk hafalan ayat itu sekaligus dengan pemahaman. Apakah itu sulit? Sekali jalan dua terlampaui. Alhamdulillah terus ketemu metode tematik ini,” ucapnya.

Penemuan metode ini karena terinspirasi dari Mata Kuliah Ulumul Quran yang dipelajari ketika S1 dan S2. Salah satu metode tafsir Alquran tersebut adalah maudhu’i atau tematik. Yaitu metode mengkaji ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tema, yang kemudian dicari ayat-ayat yang sesuai dengan tema tersebut di dalam berbagai surah.

“Saya kemudian terinspirasi dari situ. Bagaimana kalau diterapkan dalam tahfiz untuk memudahkan menghafal dan memahami. Akhirnya ketemu dua pola tahfiz tematik,” papar jebolan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (S1) dan Universitas Muhammadiyah Malang (S2) ini.

Pertama, dia mengistilahkan dengan tahfiz tematik paralel. Misalnya ditentukan temanya tentang kisah Nabi Yunus. Lalu diparalelkan kisah Nabi Yunus terdapat di surah apa saja. Nanti akan bertemu di surah As-Saffat, Al-Anbiya, Al Qalam dan di surah Yunus sendiri. Kedua tematik konten dalam satu surah. Misalnya surat Al-Kahfi terdapat empat tema besar. Yaitu kisah Ashabul Kahfi, pemilik dua kebun, kisah Nabi Musa dan Khidir, serta kisah Zulkarnain.

“Untuk anak-anak dipilih tema kisah sejarah. Kenapa sejarah, pertama karena mengandung banyak pesan moral. Kedua, akan sangat memudahkan karena sesuai dengan dunia mereka sehari-hari. Ketiga kandungan isi Alquran 60 persen itu kisah. Jadi ketika dia sudah menghafal ayat-ayat kisah, nanti menghafal ayat-ayat yang lain akan mudah. Karena sudah kena 60 persen,” ungkapnya.

Metode Tahfiz Quran Tematik (TQT) pertama kali dia terapkan untuk putrinya yang berusia 8,5 tahun. Ternyata, metode tersebut cocok dan memudahkan untuk menghafal dan memahami.

“Kemudian saya panggil anak beberapa teman. Saya terapkan metode ini dan ternyata cocok. Kemudian, bagaimana kalau metode ini kita ajarkan pada turor, calon pengajar. Kalau mereka bisa menyampaikan dengan hasil yang sama, berarti ini bisa sebagai metode. Akhirnya ketemu sehingga menjadi metode Tahfiz Quran Tematik dan sudah kita hak patenkan di Kementerian Hukum dan HAM 19 Mei 2014,” kata ibu empat anak yang akrab disapa Mbak Ela ini.

Istri intelektual muda Muhammadiyah Pradana Boy ZTF ini menambahkan metode tersebut baru diterapkan 6 kali di Malang, 2 kali di Lamongan, dan 1 kali di Depok dengan memanfaatkan waktu liburan sekolah dan saat bulan Ramadhan. Khusus untuk di lembaga mereka, Yayasan Baitul Hikmah Malang, juga menggelar program reguler.

“Misalnya untuk di lembaga kami, kelas regulernya kan masuk hari Senin dan hari Jumat. Pembelajarannya selama 2 tahun. 3 semester pertama itu (menghafal) ayat-ayat tentang kisah. 1 semester terakhir itu ayat-ayat kauniyah yaitu ayat-ayat saintifik misalnya tentang proses terjadinya hujan, tentang lebah dan lain sebagainya. Yayasan kami lembaga nonformal, jadi semacam madrasah diniyah,” demikian Lailatul Fithriyyah Azzakiyah. [rus]

sumber:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *